Kuliner China dikenal sebagai salah satu warisan gastronomi terbesar di dunia. Setiap daerah di negeri tirai bambu memiliki ciri khas tersendiri, mulai dari pedasnya Sichuan, gurihnya masakan Kanton, hingga kaya rempah seperti masakan Hunan. Namun, ada satu hal yang sering kali menjadi perbincangan sekaligus kontroversi, yaitu penggunaan micin atau MSG (monosodium glutamate) dalam masakan mereka.
Bagi sebagian orang, micin identik dengan rasa gurih yang “nagih”. Tidak sedikit juga yang beranggapan micin berbahaya bagi kesehatan. Padahal, dalam konteks kuliner China, micin bukan sekadar penyedap, melainkan bagian dari tradisi panjang dan teknik memasak yang mendalam. Artikel ini akan membahas bagaimana micin digunakan dalam kuliner China, alasan kenapa banyak dipakai, hingga pandangan masyarakat terhadapnya.
Sejarah dan Asal Usul Micin dalam Kuliner China
MSG pertama kali ditemukan oleh ilmuwan slot88 Jepang, Kikunae Ikeda, pada tahun 1908. Ia mengekstrak glutamat dari rumput laut kombu dan menyebut rasa uniknya sebagai “umami”, rasa kelima setelah manis, asin, asam, dan pahit. Tidak lama setelah itu, MSG menyebar luas ke berbagai negara, termasuk China, yang memang terkenal dengan kekayaan rempah dan bumbu.
Dalam budaya kuliner China, rasa umami sudah lama menjadi kunci kelezatan. Bahkan sebelum MSG ditemukan, masyarakat China sudah menggunakan sumber alami glutamat seperti kecap asin, pasta kedelai fermentasi, jamur, dan kaldu tulang. Kehadiran micin modern hanyalah memperkuat tradisi tersebut, karena lebih praktis dan konsisten dalam menciptakan rasa gurih.
Peran Micin dalam Masakan China
Kuliner China terkenal dengan konsep “balance” atau keseimbangan. Perpaduan rasa manis, asam, pedas, asin, dan gurih harus tercapai agar makanan terasa harmonis. Di sinilah micin memainkan peran penting.
-
Menonjolkan Rasa Alami Bahan
Micin tidak menggantikan bumbu lain, melainkan memperkuat rasa bahan utama. Misalnya pada tumisan sayur, sedikit taburan micin membuat sayuran tetap segar dan gurih tanpa harus banyak menggunakan garam. -
Efisiensi dalam Memasak
Restoran-restoran China, terutama street food, sering mengutamakan kecepatan. Micin membantu chef menghasilkan rasa konsisten dengan cepat tanpa harus memasak kaldu berjam-jam. -
Ciri Khas Masakan Daerah
Di Sichuan, micin berpadu dengan cabai dan lada Sichuan untuk menciptakan sensasi pedas sekaligus gurih. Sementara itu, masakan Kanton menggunakan micin untuk memperhalus rasa sup dan dim sum.
Kontroversi Seputar Micin
Sejak tahun 1960-an, MSG pernah dituduh menyebabkan “Chinese Restaurant Syndrome”, yaitu gejala pusing, lemas, dan mual setelah makan makanan yang mengandung micin. Namun, berbagai penelitian ilmiah belakangan membantah klaim tersebut. Organisasi kesehatan dunia (WHO) dan FDA di Amerika Serikat menyatakan MSG aman dikonsumsi, selama tidak berlebihan.
Meski begitu, stigma micin tetap melekat di sebagian masyarakat. Banyak yang menghindarinya karena dianggap membuat ketagihan atau tidak sehat. Padahal, jika dibandingkan dengan garam atau gula, micin justru memiliki kadar natrium lebih rendah, sehingga bisa menjadi alternatif bumbu yang lebih baik.
Filosofi Kuliner dan Kebiasaan Sosial
Bagi masyarakat China, makan bukan sekadar kebutuhan fisik, melainkan bagian dari kebersamaan. Meja makan selalu dipenuhi hidangan beragam yang disantap bersama-sama. Kehadiran micin membuat setiap masakan lebih mudah disukai oleh banyak orang, karena rasa gurihnya universal dan bisa menyatukan berbagai lidah.
Selain itu, penggunaan micin juga mencerminkan filosofi praktis dalam hidup orang China: efisiensi, rasa, dan harmoni. Dengan sedikit taburan micin, cita rasa masakan meningkat tanpa perlu usaha besar.
Kesimpulan
BACA JUGA: Congee: Bubur Nasi Khas Cina yang Kaya Rasa dan Manfaat
Kuliner micin China adalah cerminan dari bagaimana tradisi kuliner beradaptasi dengan perkembangan zaman. Micin bukan hanya soal “penyedap rasa”, tetapi bagian dari filosofi memasak yang menekankan keseimbangan rasa, efisiensi, dan kelezatan.
Meski kerap dipandang negatif, kenyataannya micin memiliki tempat penting dalam dunia kuliner, terutama di China. Selama digunakan secara wajar, micin bukanlah musuh, melainkan sahabat dapur yang membuat masakan terasa lebih hidup. Jadi, lain kali ketika Anda menikmati sup wonton, mi goreng, atau hot pot ala China, jangan kaget jika ada sentuhan micin di dalamnya. Justru itulah yang membuat lidah Anda berkata, “Enaknya nggak cukup sekali!”